Kelapa Genja Raja dan Bido Benar Exotis

Kalasey, 03 September 2020.---Ditengah pandemic Covid-19, kita bersyukur dapat memaknai hari kelapa se dunia (3/9). Balai Penelitian Kelapa dan Palma lainnya (Balit Palma) adalah lembaga innovator kelapa Indonesia yang ada di Sulawesi Utara.

Banyak Inovasi Teknologi Pertanian (ITP) perkelapaan yang sudah ada dan siap dihilir deraskan. Steivie Karouw apresiasi dan siap menghilir dan membumikan  ITP karya para inventor di Balitpalma di Manado. Betapa tidak kata Srikandi Minahasa yang menakodai BPTP Sulawesi Utara, banyak kelapa yang memiliki daya tarik khas (exotis), bagi masyarakat dan belum membumi di pelaku usaha.

Sebagai sumber Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi di Sulawesi Utara, BPTP Sulawesi Utara juga bertugas menghilirkan inovasi teknologi hasil invnetor di Baitpalma, agar inovasi itu lebih deras terhilirkan ke pelaku utama. Harapannya agar dengan kembalinya minat petani meregenerasi kelapa mereka, pasti lambaian nyiur (kelapa) kembali akan semakin mengharumkan negeri ini, 

Sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Balitbangtan di BPTP Sulut, pernah mengalami satu pengaaman menarik terkait kelapa, ketika menengok petani kelapa di Minut. Ketika itu, melihat kelapa tinggi dan tidak lagi di panen. Petani bahkan mulai memotong kelapa dijadikan balok. Karena harga 1 pohon ada yang mematok sampai 1 juta, tergantung tinggi pohon.

Kondisi ini, menurut pendapat penulis, menjadi ancaman keberlanjutan kelapa di Sulawesi Utara. Bila tidak dibarengi penghiliran upaya peremajaan kelapa. Ini dihawatirkan karena generasi milenial kedepan, barangkali tinggal mendengar dendangan lagu “Oh Minahasa” tanpa menikmati hempasan daun dan gerak kelapa oleh angina bertiup. Karena petani tidak digerakkan kembali melakukan peremajaan.

Saat ini kelapa memang menghadapi tantangan berat. Dari harga jual produknya bila hanya glondongan banding cost panjat, sangat miris. Karena memang kelapa yang kita nikmati di masa kini, dimana kejayaannya sudah di usia usur. Nah, karena usia lanjut dan tinggi pohonya, kesulitan bagi petani pemanjat. Namun demikian dia terus berupaya melambai dan melambai sambil menunggu mereka (petani) untuk me regenerasi bagi penerusnya. 

Memang selama ini, kita mengenal kelapa: tinggi dan buah harus di panjat. Saat ini, tidak demikian lagi. Para inventor Balitbangtan memang hebat. Mereka terus berinovasi hasilkan kelapa yang lebih exotis. Mengutip hasil bincang dengan Ismai Maskromo saat menanti kunjungan kerja Mentan (28/08) di Balitpalma dalam satu kesempatan, bahwa kelapa saat ini bukan lagi kelapa tinggi, tapi kelapa pendek umur 2,5 tahun sudah berbuah. dan buahnya sandar tanah.

Kata Ismail, untuk mendapatkan dia yang exotis, ada di Balitpalma. Dan untuk membuat dia exotis, ternyata ada resepnya kata Dr.Ir.Ismail Maskromo,MSi. yang sedang menakodai Balitpalma Indonesia di Manado.

Agar dia dapat memberikan terbaik bagi kita, kita juga harus perlakukan dia dengan baik dan untuk resep agar dia exotis ini dia resepnya.

1.       Dimana kita akan tempatkan si dia, kita buat lobang tanam 1,5 m x 1,5 m

2.       Masukkan pupuk kompos 2 karung @25 kg.

3.       Pupuk Nitrogen Phospat kalium (NPK) di tahun pertama 4 x 100 gram setahun per tiga bulan

4.       Pada tahun kedua NPK 4 x 200 gram setahun per tiga bulan

5.       Pupuk organic tambah pupuk hayati 1 bulan sekali disemprotkan pada daun dan tanah

6.       Terus monitor hama dan penyakit mengganggu tanaman

7.       Lakukan pengairan untuk menjaga lingkungan si dia

Nah, bila ini sudah kita lakukan pada si dia, niscaya dia akan berbunga dan berbuah pada umur 2 tahun seperti gambar. Tentunya dengan tidak melupakan teknologi Doa, bagi dia sebagai sesame kita mahluk ciptaan sang khalik.(#Artur)

sumber: Ismail Maskromo 

dihilirderaskan : Arnold C.Turang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih Pohon Naungan Produktif Bagi Tanaman Pala Yang Belum Menghasilkan

Merawat Bumi Rumah Kita: Jangan Buang Nasi, Ada Sekitar 40.000 Orang Mati Kelaparan Setiap Hari

Bincang Whats Apps: Buang Nasi 3 butir, Potensi Kontribusi Kelaparan Pada 16.000 Orang di Indonesia?